5. Sipitu-pitu.
Tempuh dengan masuk ke nagori Parluasan dari jalan utama ( Main road) manang sian jalan alternative dari samping pabrik gilingan padi ( Mangolu do pe tahe …!?), sekitar 500 meter ke dalam arah barat , dan selnnjutnya kita belok kearah selatan ( Hira-hura di belakang rumah Ibu Boru Siaahan ( Guru nami najolo di tikki SR di SD 4.. nga leleng daba..) atau bila kita menelusuri sungai Bah Hilang (Najol.. sangat kaya dengan Ikan Gali-Gali… sonari pe ra…!!), kearah barat ( mengetahui mata angin cukup mudah , cukup hanya lihat arah aliran sungai aja.., Konon .. semua sungai pasti megalir ke timur jadi kalau kita dari Jembatan Bah Hilang maka Sipitu-pitu ada di sebelah barat Hehehe…
Sipitu-pitu, sebuah sumber mata air alami ( baca .. kekayaan alam Tigabalata) yang juga keluar dan memeancar dari bebatuan, Dari parluasan atau dari persawahan Bah hilang, maka Sipitu-pitu berada ditepian aliran sungai Bah Hilang , kira-kira 30 meter kebawah. Daerah aliran sungainya cukup lebar dan dangkal, dan sempit di bagian hulu ( Saat musim kemarau, bagi orang dewasa bagian hulu ini bisa di sebrangi dengan hanya melompat dari batu ke batu yang ada di kedua sisi sungai. Dengan pasir tambang putih kehitaman dengan kandunagn zat besinya.
Pada tahun 70 & 80 puluhan, disamping sebagai sumber air bersih, tempat mandi dan mencuci bagi sebagian warga Parluasan, Aliran sungai bah hilang Sipitu-pitu adalah tempat pra gembala ( parmahan ) untuk memandikan ternak kerbau dan juga menyeberangkannya ke persawahan Bah Hilang.), Bila waktunya ternak kerbau mandi dan berendam disini, anak anak gembala juga turut bermain berenang, dan berlomba menyelam dengan riang.
Tempat yang petensial untuk wisata ini sangat unik, dan alami, sebab antara aliran sungai Bah Hilang dengan sumber Mual sipitu-pitu (mata airnya) di batasi oleh 7 (tujuh ) buah batu besar yang berbaris sejajar benar-benar natural dan alami, batu-batu itu kokoh dan kuat, Sebab walau sebesar apapun luapan sungai bah hilang ketika sedang banjir, ke tujuh batu ini tetap tegar di tempatnya, berjajar dengan kokoh di posisinya. terbukti dengan masih exis nya hingga sekarang. Batu-batu ini bisanya di manfaatkan oleh penduduk untuk tempat mencuci atau meletakkan pakaian. Konon menurut cerita orang-orang tua dulu, bebatuan ini adalah jelman dari 7 orang putri. dan konon kabarnya lagi, Sipitu-pitu di huni oleh se ekor Ikan Emas besar yang kadang dalam waktu-waktu tertentu muncul dan berenang di antara ke 7 (tujuh) batu tersebut.
Kini…, Zaman sudah berubah, Modern dan Canggih, fasilitas air bersih sudah mengalir langsung ke rumah-rumah penduduk. Dan rasanya tidak perlu lagi “makkutti ember to Mual “( Membawa ember berisi air dengan di junjung). Akankah Si pitu-pitu kan di biarkan begitu saja, berpulang kepada kita semua sebagai warganya…! Parluasan, Tiga Balata dan Jorlang hataran. Sangat di harapkan uluran tangan, pikiran dan perhatian dari semua pihak. Seluruh masyarakat yang muda yang tua, pemerintah dan masyarakat umum…, rap hita sude..
6. Bendungan Irigasi Sibuntuon.
Pertanian di Tiga Balata dan nagori-nagori sekitarnya sangat tergantung dari bendungan ini, Irigasinya membentang untuk persawahan dan desa mulai dari Sibuntuon, Bah Hilang, Menembus Tiga Balata, Balata 1, melintasi Balata 2, Balata 3, persawahan toruan, Mengairi perswahan Pancur Napitu, Si Hobuk, dan kembali lagi ke Sungai Bahilang. Bila Irgasi ini mengalamai gangguan maka akan berakibat sangat vital bagi tempat yang di sebut diatas..
Sekitar Tahun 80 Puluhan bendungan ini mengalami rehabilitasi, dan pada saat itu lokasi bendungan menjadi tempat rekreasi yang sangat ramai di kunjugi, oleh warga Tiga balata dan desa-desa sekitranya, mengingat projek tersebut sangat besar dan di kerjakan selama berbulan-bulan. Pintu pengaturan sirkulasi air yang kokoh, Gemuruh air terjun dari pintu control keseimbangan dan pembuangan dan kedalam air hasil pembendungan yang cukup luas, lebar dan lumayan dalam, menjadi totonan yag menarik dan menyenangkan, ada yang mandi, ada yang termangu memeandang terjunan air dan juga ada yang nokrong di warung musiman yang menjual gorengan. Opss. hampir lupa.., ketika itu saat bendungan ini di bangun sawah-sawah menjadi kering dan penduduk mengalihkan fungsi lahannya dari tanaman padi sawah menjadi tanaman palawija seperti Kacang, Jagung dan Ubi. Molo di tikki i muda-mudi dari desa Balata 1 memanfaatkan lahan sawah terdekat yang kering ( Toru huta) sebagai tempat ber olah raga...., "Marbola polli ma molo dung botari...," rame ma ..
6. Bendungan Irigasi Sibuntuon.
Pertanian di Tiga Balata dan nagori-nagori sekitarnya sangat tergantung dari bendungan ini, Irigasinya membentang untuk persawahan dan desa mulai dari Sibuntuon, Bah Hilang, Menembus Tiga Balata, Balata 1, melintasi Balata 2, Balata 3, persawahan toruan, Mengairi perswahan Pancur Napitu, Si Hobuk, dan kembali lagi ke Sungai Bahilang. Bila Irgasi ini mengalamai gangguan maka akan berakibat sangat vital bagi tempat yang di sebut diatas..
Sekitar Tahun 80 Puluhan bendungan ini mengalami rehabilitasi, dan pada saat itu lokasi bendungan menjadi tempat rekreasi yang sangat ramai di kunjugi, oleh warga Tiga balata dan desa-desa sekitranya, mengingat projek tersebut sangat besar dan di kerjakan selama berbulan-bulan. Pintu pengaturan sirkulasi air yang kokoh, Gemuruh air terjun dari pintu control keseimbangan dan pembuangan dan kedalam air hasil pembendungan yang cukup luas, lebar dan lumayan dalam, menjadi totonan yag menarik dan menyenangkan, ada yang mandi, ada yang termangu memeandang terjunan air dan juga ada yang nokrong di warung musiman yang menjual gorengan. Opss. hampir lupa.., ketika itu saat bendungan ini di bangun sawah-sawah menjadi kering dan penduduk mengalihkan fungsi lahannya dari tanaman padi sawah menjadi tanaman palawija seperti Kacang, Jagung dan Ubi. Molo di tikki i muda-mudi dari desa Balata 1 memanfaatkan lahan sawah terdekat yang kering ( Toru huta) sebagai tempat ber olah raga...., "Marbola polli ma molo dung botari...," rame ma ..
mau nanya ni bang, di sungai itu ada gak ikan jurung nya,..sering gak orang menjaring di sungai tu..
BalasHapus