Rabu, 21 Desember 2011

Tempat dan yang potensial untuk wisata ..(6)

 Losung Aek dan Dolok/Bukit Karesta di Huta Sihobuk

Bila senja mulai turun dan sore hari tiba…, ke indahan alam dari puncak dolok karesta ini akan semakin lengkap dengan hadirnya gerombolan burung-burung wallet/Seriti, yang beterbangan memutari puncaknya. Irama merdu nanyian wallet, hembusan angin senja yang membawa pergi dan menerbangkan semua rasa penat dan lelah,  dan temaram lebayung sinar matahari di ufuk barat yang kuning kemerahan.  Terlihat jelas dari puncak dolok karesta, mengisyratkan dan menyampaikan akan indahnya alam ciptaanNya ini kepada kita, agar  tetap disadari , dijaga dan di lestarikan.
 
Terdapat 2 losung aek/Kincir air di sekitaran Tigabalata, masing-masing Losung aek huta Balata II dan Losung aek huta SIhobuk, kedua losung aek ini saya muat dalam tulisan yang sama karena rute untuk menju kesana adalah satu arah, yaitu lewat jalan simpang ALS huta Balata II, yang sekaligus jalan akses masuk menuju ke huta Sihobuk dan Pancur Napitu.  Sayangnya losung aek  yang di huta Balata II, kini hanya tilnggal kenangan, sudah tidak ada lagi, "dang adongbe daba..., ." dan tempatnya semula sudah berubah fungsi dan bentuknya.( Dang binoto be..).yang letaknya persis di pinggir jalan ke  huta Sihobuk (kira-kira 100 m dari jalan lintas sumatera)  dan berdekatan dengan usaha gilingan padi CV Lindo ( baca.. Huta BalataII & Balata III pada Kategori : Tentang Nagori/Huta )

Losung aek yang bisa dikatakan masih aktif hingga saat ini holan losung aek huta Sihobuk nama ,  Losung aek ini persis berada di tepian sungai  Bah hilang, yang di design sedemikian rupa oleh orang-orang tua yang terdahulu (angka oppung nojolo….). Untuk mencapai ke losung aek ini bagi para pengunjung yang datang degan menggunakan kenderaan umum, baik dari arah Pematang siantar atau Parapat,  harus berhenti dan turun di Simpang ALS  huta Balata II ( atau Depan Gereja HKBP) Tigabalata. Selanjutnya dapat menggunakan kenderaan ojek atau berjalan kaki sejauh kira-kira 1 Km (baca.. Huta Sihobuk & Pancur na Pitu pada Kategori : Tentang Nagori/Huta). Yang datang dengan kenderaan sendiri, bisa langsung membelok dan membawa kenderaanya sampai ke huta Sihobuk, karena jalan sudah cukup bagus. Perjalanan hingga sampai huta Sihobuk toruan, kemudian di ikuti berjalan kaki menelusuri pematang-pematang sawah sepanjang sekitaran 200m hingga  ke tepian sungai Bah hilang.  Dekat ke sungai  akan menjumpai  persimpangan jalan setapak, satu untuk menuju ke sumber mata air bersih, dan satu lagi untuk menuju ke Losung aek. 

Sepanjang jalan menuju ke huta Sihobuk ini kita akan melihat panorama alam yang berupa jalan berbukit, ladang-ladang, persawahan serta barisan bukit-bukit  terpisah  yang berjejer sepanjang jalan ini, salah satu dari bukit itu adalah Bukit/Gunung Karesta yang nantinya akan dibahas juga dalam tulisan ini. Satu yang sedikit agak unik menurut saya adalah  bila sudah mendekati huta Sihobuk, disepanjang tepi jalan semuanya ditanami penduduk dengan tanaman jagung, yang tentunya dapat meningkatkan penghasilan penduduk.

Losung aek/Kincir air Sihobuk, adalah yang masih aktif digunakan untuk manduda Itak hingga saat ini, Lokasinya yang persis di pinggir sungai yang dihiasi oleh bebatuan berbagai ukuran, serta pohon pohon rindang di sekitarnya  membuat suasana di tempat ini jadi lebih nyaman dan sejuk, biasanya oleh para Naposo Na marbaju dan anak-anak akan melepas penat sambil mandi-mandi  dengan riang sambil menunggu dapat giliran  menggunakan losung aek.

Namun salah satu yang menjadi alasan untuk menjadikan tempat ini sebagai salah satu lokasi yang potensial untuk wisata adalah karena ” Keberadan Losung Aek tersebut”. dimana peralatan-peralatan tradisional seperti in sudah sangat jarang dan langka di jumpai dalam kemajuan zaman dan tekhnologi  sekarang. Pancuran dan dorongan tenaga  air yang memutar kincir,  gemercik air yang meercik dari roda-roda kincir, Irama dan suara Alu dan Lesung yang saling ber taut dan ber urutan, serta tangan-tangan trampil dari Ibu-Ibu dan Anak Gadis/ Namarbaju yang memindahkan serta mengatur butiran-butiran beras dan tepung yang sudah di tumbuk agar jangan sampai tumpah, sangat mempesoana dan menakjubkan. Plus dengan suasana alam yang sepi, hening  dan tenang, Hebusan angin dan sapaan mesra dahan-dahan pohon yang bergoyang , deburan aliran sungai  yang menerpa bebatuan sungguh sangat-sangat menyejukkan hati.

Losung Aek Sihobuk, Dulu./ Najolo.., sebelum fasilitas listrik masuk, sangat terkenal dan banyak pengunjung, umumnya adalah para ibu-ibu dan namarbaju yang akan manduda itak. ( Sonaripe tong dope rame ... ate...!). dari berbagai huta di sekitaran Tigabalata/Jorlang hataran datang ke sini, walau harus antri dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 1 km, datang pagi, dan pulang tengah malam/dini hari   termasuk sian huta nami huta Balata I.

Bila bulan Desember sudah tiba, dimana suasana NATAL  berkumandang dimana-mana seperti sekarang ini, di setiap Huta dan Desa, Punguan marga, manang Gereja. Kue ”Lappet”(Lepat) sebagai pelengkap Hidmat nya suasana natal akan di sajikan dalam setiap perayaan-perayaan yang ada, dan  satu alat yang sangat vital yang di perlukan untuk mengolah Lappet ini adalah dengan menggunakan alat tradisional LOSUNG AEK.
Ada satu  argument dan alasan  yang sering aku dengar dari para Ibu-Ibu, kenapa masih memumbuk beras dengan secara tardisional ( menggunakan Alu dan Losung) seperti dalam Losung aek, yang notabene cukup lama dan sedikit merepotkan, mereka mengatakan bahwa ”rasa dan aroma ” dari penganan/kue/lampet yang dibuat dari tepung dengan manduda/menumbuk dengan alu atau losung jauh lebih enak dan beraroma. dibanding dengan menggunakan penggiling modern/mesin.

Taringot ma daba Najolo.., Ujui.., Uju  mar Natal hami di Balata I, Jadi satu hari sebelum nya,  pagi berangkat ma angka Naposo doli-doli mencari Mare-mare( Daun/pucuk muda dari pohon Aren) ke sentero perladangan yang diduga ada di tumbuh pohon Arean, dan  sebagian mempersiapkan Pentas di Huta.., Selanjutna na paling sibuk muse ima angka dongan na poso namarbaju/gadis-gadis  angka nauli na basa, bersiap-siap berangkat ke Huta sihobuk laho manduda Itak( Beras yang sudah di rendam) untuk di giling dengan Losung Aek on,  yang mau di tumbuk cukup banyak sehingga harus dengan bantuan Losung Aek.., Borhat manogot dengan semangat dan penuh sukacita.. ” Sipata sampe dang serapan dope sian Jabu” alana untuk mengejar anggiat boi pintor dapot giliran parjolo manang  na lebih hatop alana ANTRI dope daba.., .” Alai nang pe songon i di Sihobuk boi do Serapan, adong do disi Na Tulang ta par Goreng Pisang dohot Inang Uda ta  par kode  kopi. Jadi aman ma anggo taringot to tu si nian ..

Alai molo dung borngin laho mahami mangalap  Itoan angka naposo na marbajui to Sihobuk .., alana tonga borbingin pe asa sae Itaknai di duda.., asa adong dengan nasida mulak mardalan di holom ni borngin ini.., alai tabo ma nian.., apalagi molo rap mardalan dohot na hinaholongan ..,   .. Ima…,  Uju di ton 80 puluhan ma i, tingki di haposoon  i…!!!. Dang adong dope HP disi.., Apala senter pe maol ..!!

Gunung Karesta,
adalah salah satu Gunung/bukit yang merupakan bukit barisan kedua, bila kita ke huta Sihobuk, 

” Dolok Karesta ...” Songonima,  Uju metmet dope hami ” dimasa kecil kami” najolo  , menyebutkan nama dolok ini, Apa alasan untuk membuat dolok ini dengan nama ”Karesta” hingga kini masih jadi pertanyaan dalam benak ku, ” adong do artini nuang..? . menyebut bukit ini sebagai Gunung ..?, Memang secara ketinggian bukit ini masih lebih pantas di sebut Dolok/Bukit dibandng kan dengan gunung, karena dari ketinggian dolok ini tidak terlalu tinggi,  namun memandang dari puncaknya sudah sangat cukup untuk menyengarkan hati yang galau dan pikiran yang kusut, sebab bila kita ada di puncaknya dan memandang ke segala penjuru, kita akan  memandang alam dan keindahan Tigabalata. Ke timur terlihat huta Sihobuk, Pancur Napitu  dengan hamparan sawah ladangnya, Sebelah Utara dengan Hamparan Perkebunan Sawit PT Nusantara VII,  dan juga keindahan huta Silampiang I, II, serta hamparan persawahan yang hijau serata aliran sungai Bah hilang, Mengalihkan padangan ke Selatan dengan pemandangan Indah Huta Sigaol, Siregar,  Sungai Bah birong dan Dolok marlawan, hamparan sawah ladang, serta dengan Jalan Lintas Sumatra yang membelah persawahan  nampak sangat jelas memanjang  dari utara keselatan.

 ” Masa Tahun 80 han .. Uju marmahan hami (ngagon kerbau)..,  sangat sering duduk diatas puncak dolok ini,  Sambil memandang ke sekeliling, kami akan membuat semacam tebak-tebak, yaitu menentukan berapa jumlah kenderaan yang melintas dari arah Pematang Siantar ke Parapat dan sebaliknya dalam waktu tertentu. Karena dari puncak gunung ini semua kendaraan yang melintas dalam taksiran jarak mulai dari huta Parluasan  sampai huta Dolok Marlawan, terlihat dengan jelas.

Ke selebah Utara kita bisa melihat Tigabalata, Parluasan, Sibuttuon dan Perswahan Bah hilang, walau  memang agak sedikit terhalang oleh bukit jejeran pertama,  Pada masa itu bukit karesta adalah yang paling terbersih dari yang lainnya, kaerna sering di kunjungi dan juga ternak kerbau banyak merumput hingga kepuncaknya, sehingga rumput-rumputnya jadi terpangkas dan pendek.

Buah Harimonting, Salah satu ciri khas dari dolok yang di Sihobuk ini adalah adanya tubuhan ”Harimotting”, yang konon ceritanya hanya terdapat di daerah Toba atau daerah beriklim dingin dan kering, Namun di sini buah sejenis semak ini tumbuh dengan subur dan banyak, buahnya dengan warna ungu/ping ke biru biruan sepeti warna anggur apabila matang sangat menambah minat untuk berkunjung ke bukit ini.  Bila hari minggu atau libur tiba, “Pintor tuson do hami marmeam “,  berkunjung dan ber main di puncak gunung ini.  Kalau sudah lelah berlari dan memanjat mengelilingi bukit ini, maka pelepas lelah yang sangat segera dan sederhana adalah dengan memetik dan memakan buah-buah harimanting ini, rasanya manis, warna mirip terong belanda,  dan dengan susunan biji dalamnya yang mirip buah markisa.

Melaui tulisan ini kami juga berharap kiranya pemerintah di kelurahan Tigabalata/ Kecamatan Jorlanghataran  bahkan hingga ke pemerintah kabupaten Simalungan dapat kiranya lebih melirik dan melihat serta memanfaatkan kedua tempat  ini untuk kemungkinan lebih  di kembangkan,dilestarikan dan meningkatkannya  menjadi salah satu tempat wisata di Tigabalata dan di kabupaten simalungun secara umum. Sebab dalam sejarahnya kedua tempat ini sangat berperan dalam memeprkenalkan  Sihobuk dan Tiga balata ke daerah-daerah lain di sekitarannya..

Bila senja mulai turun dan sore hari tiba…, ke indahan alam dari puncak dolok karesta ini akan semakin lengkap dengan hadirnya gerombolan burung-burung wallet/Seriti, yang beterbangan memutari puncaknya. Irama merdu nanyian wallet, hembusan angin senja yang membawa pergi dan menerbangkan semua rasa penat dan lelah,  dan temaram lebayung sinar matahari di ufuk barat yang kuning kemerahan.  Terlihat jelas dari puncak dolok karesta ini , mungkin  mengisyratkan dan menyampaikan akan indahnya alam ciptaanNya ini kepada kita, agar  tetap disadari , dijaga dan di lestarikan.

“ Hami pe mulak ma tu jabu na be.., dengan riang dan rasa puas terkesan….
“ Beta… Olat Horbo i Kedan ..!!! ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar